Sunday 9 June 2013

Taufiq Kiemas, SBY, dan Jenderal Kekanakan


Sebutan itu bermula saat SBY masih menjadi anak buah Megawati.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) menerima buku Semasa menjabat sebagai Ketua MPR RI, Taufiq Kiemas memiliki hubungan yang terbilang mesra dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun, menilik ke belakang, sebenarnya Taufiq almarhum dan SBY sempat berseteru. Almarhum bahkan sempat melontarkan sebutan 'jenderal kekanak-kanakan' untuk SBY.

Sebutan itu bermula saat SBY masih menjadi anak buah Megawati Soekarnoputri, istri Taufiq Kiemas sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan. Saat Megawati menjadi presiden di 2004, SBY menjabat Menteri Koordinator Politik dan Keamananan.

Dikutip dari buku 'Biografi Politik Susilo Bambang Yudhoyono' karya Garda Maeswara, Partai Demokrat yang berdiri 2001 makin membuat nama SBY melesat. Di beberapa survei tahun 2003, nama SBY muncul sebagai calon presiden dalam berbagai macam jajak pendapat. Setidaknya, SBY menempati urutan lima besar.

Megawati yang saat itu presiden punya keinginan duduk lagi di kursi nomor satu Indonesia. Namun, dia menyadari bahwa kepopuleran SBY yang melesat begitu cepat, dapat menyingkirkan dirinya.

"Otomatis Megawati, yang masih ingin duduk di tahta kepresiden lagi, kelimpungan. Sehingga harus meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan tindakan preventif, melakukan upaya penggembosan agar kepopuleran SBY tidak semakin melonjak, tetapi surut kemudian tenggelam. Maka mulai timbul beberapa gesekan-gesekan di antara keduanya di dalam internal pemerintahan," demikian dikutip dari buku tersebut.

Antara Januari hingga Februari 2004, SBY beberapa kali tidak dilibatkan dalam rapat-rapat pengambilan kebijakan di bidang politik dan keamanan. Misalnya, soal kunjungan beberapa pejabat ke Aceh. Padahal, SBY saat itu menjabat sebagai Menko Polkam.

Puncaknya perseteruan ini terjadi pada 1 Maret 2004, saat Taufiq Kiemas menyebut SBY sebagai "jenderal kekanak-kanakan" karena mengadukan masalah internal pemerintahan ke wartawan.

"Kalau anak kecil lagi genit-genitan, ya merasa diisolasi seperti itu. Kalau memang bukan anak kecil dan merasa dikucilkan, lebih baik mundur," kata Taufiq, pedas.

Meskipun keesokan harinya, SBY menyatakan tidak akan menanggapi pernyataan Taufiq, SBY kemudian memilih keluar dari Kabinet Gotong Royong. "Karena merasa tugasnya di kementerian sudah banyak diambil alih Presiden Megawati," demikian ditulis buku Biografi Politik Susilo Bambang Yudhoyono.

Pada 11 Maret 2004, SBY memilih mundur. Keputusannya itu semakin membuka jalan baginya. SBY semakin populer di kancah politik bersama kendaraan politiknya, Partai Demokrat. Sebaliknya, pamor Megawati kian tenggelam. 
Pada 2004, SBY terpilih menjadi Presiden RI mengalahkan Megawati. Bahkan, kepopuleran SBY masih berlanjut di Pemilu 2009.
Ini merupakan penggalan kisah yang ditinggalkan Taufiq Kiemas yang meninggal dunia pada Sabtu 8 Juni 2013 di rumah sakit Singapura. Taufiq dirawat di Singapura sejak 3 Juni lalu. Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDIP ini sudah lama mengidap gangguan jantung.

0 Coment:

Post a Comment